عن عائشة رضى اللّه عنها: كان النبى صلى الله عليه وسلم يعتكف فى كل رمضان عشرة أيام ، فلما كان العام الذى قبض فيه اعتكف عشرين يوما ، واعتكف أزواجه من بعده . رواه البخارى ومسلم
Dari Aisyah ra, : “Rasulullah melakukan i’tikaf setiap bulan ramadhan selama sepuluh hari, maka ketika di tahun menjelang wafatnya, Rasulullah beri’tikaf dua puluh hari. Dan istri-istrinya beri’tikaf setelah itu.” ( HR. Bukhori & Muslim)
Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan maksud dari i’tikaf sebagaimana ucapannya: “Dianjurkannya i’tikaf adalah bertujuan untuk menundukan hati dan anggota tubuh kepada Allah, berlepas dari kesibukan dengan makhluk untuk menyibukkan diri dengan pencipta semata, dengan cara zikir dan menghadap kepada-Nya, kesibukan hati diganti dengan kesibukan mengingat-Nya, bertafakur untuk mencari ridho-Nya.”
Di antara keutamaan i’tikaf, selain ia merupakan sunah yang dicontohkan Rosulullah, I’tikaf memiliki keutamaan yang besar. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani dan Baihaqi, walau sebagian ulama tidak bersepakat atas keshohihannya namun hadits ini dapat diterima dan digunakan untuk keutamaan amal, dalam hal ini adalah i’tikaf:
عن ابن عباس رضى الله عنهما “ومن اعتكف يوما ابتغاء وجه الله جعل الله بينه وبين النار ثلاتة خنادق) كل خندق أبعد مما بين الخافقين . رواه الطبرانى والبيهقى والحاكم وصححه
Dari ibnu Abbas ra: “Barang siapa beri’tikaf satu hari karena mengharap keridhoaan Allah, Allah akan menjadikan jarak antara dirinya dan api neraka sejauh tiga parit, setiap parit sejauh jarak timur dan barat. (HR. Thabrani, Baihaqi dan dishohihkan oleh Imam Hakim)
Imam Al-Khatib dan Ibnu Syahin meriwayatkan hadits dari Tsauban ra meriwayatkan:
روى الخطيب وابن شاهين عن ثوبان أن النبى صلى الله عليه وسلم قال: “من اعتكف نفسه ما بين المغرب والعشاء فى مسجد جماعة لم يتكلم إلا بصلاة وقرآن كان حقا على الله تعالى أن يبنى له قصرا فى الجنة “.
Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang beri’tikaf antara Maghrib dan Isya di ةasjid, dengan tidak berbicara kecuali sholat dan membaca Al-Quran, maka Allah berhak membangunkan untuknya istana di surga.”
Maka di antara adab-adab beri’tikaf yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan adalah:
Pertama: Menghadirkan niat yang sholih, dan mengharap ganjaran dari Allah SWT.
Kedua: Merasakan hikmah dari i’tikaf, yaitu ia berputus sementara dari segala keduniaan untuk beribadah.
Ketiga: Seorang yang i’tikaf tidak keluar dari masjid, kecuali hanya untuk memenuhi hajat yang mesti ia laksanakan.
Keempat: Tetap menjaga amaliyah ibadah pagi dan sore, seperti zikir pagi dan sore, sholat sunat dhuha, sunat rawatib, sholat qiyamullail, sholat sunat wudhu, zikir setelah sholat dan juga menjawab azan.
Kelima: Berupaya sungguh-sungguh untuk dapat bangun sebelum waktu sholat dengan waktu yang cukup untuk mempersiapkan sholat, sehingga dapat melaksanakan sholat lima waktu dengan khusyuk dan tenang, bukan justru malah terlambat, apalagi ia sudah beri’tikaf di masjid.
Keenam: Memperbanyak amalan sunat dengan melakukan berbagaimacam ibadah seperti membaca Al-Quran, membaca tasbih, memperbanyak membaca tahlil, tahmid, takbir, istighfar, membaca sholawat kepada baginda Rosulullah, mentadaburi Al-Quran, membaca terjemahannya, membaca hadits-hadits nabi dan membaca sirohnya. Sehingga waktu yang ada tidak membuat bosan hanya dengan tidur dan bersenda gurau dengan sesama saudara yang sedang beri’tikaf.
Ketujuh: Sedikit makan, minum dan tidur dengan tujuan untuk melembutkan hati dan melatih kekhusyuan hati serta tidak membuang waktu sia-sia.
Kedepalan: Selalu menjaga kebersihan dan kesucian diri dan tempat i’tikaf dengan selalu menjaga wudhu. Saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Secara ringkasnya adalah menerapkan sunah dalam kehidupan sehari-hari.
Hal-hal yang perlu dihindari ketika i’tikaf:
Pertama: Banyak membuang waktu dengan hal-hal yang sia-sia bahkan tidak ada hubungannya dengan ibadah i’tikaf, seperti banyak bersenda gurau, bercerita dan sebagainya.
Kedua: Berlebihan dalam makan dan minum ketika i’tikaf. Karena i’tikaf adalah sarana untuk melatih hati dan diri untuk khusyu’ beribadah, maka makan dan minum yang berlebihan akan membuat berat beribadah dan bahkan menjadi malas ibadah, dan masjid hanya menjadi tempat pindah makan belaka.
Ketiga: Tidur berlebihan, bahkan memarahi orang yang membangunkannya untuk sholat dan tilawah Al-Quran. Ini perlu menjadi perhatian, kerena waktu yang sepuluh hari sangatlah sedikit jika hanya digunakan untuk tempat pindah tidur, padahal dengan mengikuti i’tikaf adalah melatih diri untuk menggunakan waktu di masjid dengan ibadah.
Keempat: Sebagian kaum muslimin mengajak anak-anak mereka untuk juga beri’tikaf, namun perlu memperhatikan agar anak-anak tidak mengganggu ketenangan dan kekhusyu’an peserta i’tikaf lainya.
Wallahu a’lam bishowab.
Oleh Zulhamdi M. Saad, Lc
Kegagalan Perkembangan Ilmu Positivisme baik secara teoritis (Social Science Report, 2010) dan emipiris (Global Risk, 2011,2012, 2013, 2014, 2015, 2016, 2017 2018) dan pertumbuhan keilmuan perspektif transenden (Kuntowijoyo, Yasser Audah) menjadi diskursus yang menarik dan menantang di era distrupsi, Revolusi Industri 4.0. Society 5.0 dan Education 5.0. Kajian Profetik tahun 2019 membahasakan Al Quran dan Sunnah Rasul SAW dalam diskursus
publikasi Ilmiah (Scopus dan Thomson). Bidang yang dikaji diantaranya adalah teori, implementasi dan evaluasi bidang bioteknologi, Bioantariksa, Entomology, fisika, mesin dan industri, farmasi, ekonomi, hukum, politik, psikologi, sastra, tata negara, serta trilogi ABG. Rangkaian itikaf profetik tahunan 2019 ini diawali dengan workshop penulisan ilmiah di 10 hari (10-20 Romadhon) yang diharapkan mampu menelorkan berbagai manuskrip yang layak untuk di publikasikan di berbagai jurnal bereputasi.

- Kontak dan Pendaftaran Peserta: +62 813 9271 3737 (Moh. Ikrom, S.Si)
- Biaya Pendaftaran: Rp. 100.000,00
- Fasilitas: Sertifikat, Menginap, Makan Buka dan Sahur
Society 5.0
Education 5.0
KEGIATAN I’TIKAF PROFETIK 2019 M-1440 H


Video:
Dr. Ali Moen’iem (UII) |
Dr. Budi Daryono (UGM) |
Dr. Fuad Nasori (UII) |
Dr. Ali Moen’iem (UII) |
Prof. Dr. H. Muhammad (UMY) |
Dr. Anwar Efendi (UNY) |
Dr. Ali Moen’iem (UII) |
Prof. Dr. Rochmad Wahab, M.Pd., MA. (UNY) |
Prof. Dr. Catur Sugiyantoro (UGM) |
Dr. Dadan Rosana (UNY) |
Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, MA, M.Phil. (UGM) |
Setyabudi Indartono, Ph.D. |
Dr. Saefuddin., M.Hum (UII) |
Prof. Dr. Harwin Saptoadi (UGM) |
Prof. Dr. Kuswandi (UGM) |
Dr. Bagus Riyono (UGM) |
Prof. Edy Meiyanto (UGM) |
Dr. Arqom Kuswanjono (UGM) |
Dr. Ali Moen’iem (UII) |
Dr. Arman Wijanarko (UGM) |
Prof. Dr. Chairil Anwar |
Dr. Sumedi (UII) |