Secara teoritis, perkembangan ilmu telah dikritik cukup dalam Social Science Report edisi 2010. Sedangkan secara empiris Global Risk edisi 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015 menunjukkan berbagai gajala efek perkembangan ilmu yang cenderung negatif. Sementara itu disisi lain berkembang berbagai diskursus tentang ilmu dan kitab suci. Kalangan Yahudi berusaha mengungkap ilmu pengetahuan yang terkandung dalam taurat dalam diskusinya di julnal ilmiah internasional B. Sementara penganut agama Budha berusaha mengembangkan system ekonomi berdasarkan keyakinannya dalam berbagai seminar bertopik economic based budhism. Demikian juga kalangan nasrani berusaha mengungkap iptek dalam Injil. Dikalangan konghuchu, mereka berusaha mengembangkan prinsip dan praktek ekonomi berdasarkan ajaran konfusianism. Annual conference of manuscript di London dari berbagai kalangan berusaha mengungkap ilmu pengetahuan di dalam Al Quran.
Goyahnya bangunan ilmu yang berkembang dari positivisme, dan munculnya berbagai alternarif perkembangan ilmu dari perspektif transenden menjadi kajian yang menarik. “Islam sebagai Ilmu” Kuntowioyo dan munculnya filosof seperti Yasser Audah, menjadi obor dikalangan ummat Islam dalam menggali kembali berbagai ilmu proferik.
Sebagai kelanjutan Kajian Itikaf Profetik sebelumnya, kajian tahun 2016 ini diharapkan mampu mensosialisasikan dan menguatkan ummat dalam mengkaji keilmuan profetik dari sisi kerangka global, metodologi, dan berbagai persepektif Islam. Sedangkan bagi para akademisi, diharapkan itikaf profetik tidak hanya menguatkan hubungan transendental, namun contoh murojaah Rasulullah kepada Jibril, diharapkan mampu menjadi pengungkit kerja dan karya-karya penelitian kolaboratif yang lebih kompetitif sebagai sumbangan perkembangan ilmu yang lebih memberikan manfaat terhadap ummat manusia secara keseluruhan.
Wallahu a’lam bi Showwab.
Buku Panduan Ittikaf Profeti 1437H
Jadwal dan Penceramah
Seminar Profetik Nasional I
Gambar: Peserta Seminar Profetik Nasional I