Secara teoritis, perkembangan ilmu telah dikritik cukup dalam Social Science Report edisi 2010. Sedangkan secara empiris Global Risk edisi 2011, 2012, dan 2013 menunjukkan berbagai gajala efek perkembangan ilmu yang cenderung negative. Sementara itu disisi lain berkembang berbagai diskursus tentang ilmu dan kitab suci. B torah journal di kalangan yahudi, economic based budhism, berbagai seminar yang mengungkap iptek di Injil serta annual conference of manuscript di London misalnya yang mengungkap ilmu pengetahuan di dalam Al Quran.
Goyahnya bangunan ilmu yang berkembang dari positivism dan munculnya berbagai alternarif perkembangan ilmu dari perspektif transenden menjadi kajian yang menarik. “Islam sebagai Ilmu” Kuntowioyo dan munculnya filosof seperti Yasser Audah, menjadi obor dikalangan ummat Islam dalam menggali kembali berbagai ilmu proferik. Dengan Kajian Itikaf Profetik seri ke dua ini diharapkan berbagai macam tantangan ilmu sebagai dasar kebijakan diberbagai bidang dalam mengelola manusia dapat diarahkan untuk lebih menguatkan hubungan transcendental terutama Ummat Islam. Untuk itu tuntutan perkembangnya lmu yanga bermartabat dikalangan ummat ini sangat dibutuhkan. Maqosyid syariah dan Ilmiyyah akan lebih kuat memberikan efek terhadap perkambangan keilmuan yang tentu saja berakar dari pemahaman Bahasa Arab dan Al Quran sebagai sumber indikator ilmu. Pengalaman dan tantangan pengembangan ilmu dan penelitian dapat menjadi contoh, peluang yang semakin terbuka atas kemanfaatan Islam sebagai landasan perkemangan keilmuan. Bagi para akademisi sendiri, diharapkan itikaf profetik tidak hanya menguatkan hubungan transcendental, namun contoh murojaah Rasulullah kepada Jibril, diharapkan mampu menjadi pengungkit kerja dan karya-karya penelitian kolaboratif yang lebih kompetitif sebagai sumbangan perkembangan ilmu yang lebih memberikan manfaat terhadap ummat manusia secara keseluruhan. Wallahu a’lam bi Showwab.